Rabu, 15 Januari 2014..
Wah, gak kerasa aja udah tiga
kali Januari saya lewati dengan status sebagai ‘pekerja kantoran’. Ya walau
masih dalam tahap ‘bawahan’ tapi Alhamdulillah. Ternyata hidup saya masih
bermanfaat bagi orang banyak. Bagi perusahaan, bagi karyawan, dan utamanya bagi
keluarga saya..
Kalau saya flashback lagi, ternyata jalan yang saya tempuh selama ‘mengecap
gaji sebagai pekerja kantoran’ itu penuh lika-liku, dan sometimes bikin saya mikir, ‘Ih, kayak sinetron deh’
Dulunya, setelah lulus sekolah,
saya sempat jatuh sejatuh-jatuhnya. Saya gak kuliah, hidup sekadar
bangun-tidur-makan-kentut-boker-mandi-tidur-lagi. Saya sempat hampir putus asa karena
saya merasa hidup saya gak ada gunanya.. Useless,
macam sampah besar, bikin malu keluarga..
![]() |
2010-2011, menjadi sampah besar |
Bisa dikatakan titik balik saya itu ketika tahun
2011, saat Om saya (mungkin secara tidak sengaja) menyadarkan saya bahwa ada
lho jalan lain supaya hidup itu berguna. Kuliah bukan satu-satunya jalan dan
saya bisa mulai dengan bekerja..
Awal September 2011 saya diajak
beliau untuk ‘dititipkan’ bekerja di salah satu perusahaan pengelolaan sawit
dan karet tempat beliau bekerja. Kebetulan beliau salah satu (kalau tidak salah) Manajer di sana. Tempatnya jauh di pelosok Kabupaten Musi
Banyuasin. Di tengah lahan sawit yang masih dalam tahap awal pembukaan. Sepi,
sepi, sepi. Gak ada sinyal, listrik pun hanya menyala dari jam enam sore sampai
jam enam pagi. Sejauh mata memandang hanya bibit sawit dan hutan karet. Mungkin
karena saya terbiasa hidup di lingkungan yang ramai, dimanjakan oleh peranti
telekomunikasi dan internet, sayangnya saya hanya bertahan tak kurang dari lima
hari di sana. Saya benar-benar merasa malu dan gak tahu diri saat merengek
ingin pulang.
Untungnya, setelah saya pulang,
saya dapat kesempatan lagi untuk bekerja di salah satu perusahaan kontraktor
besar dan sudah bernama di daerah tempat saya tinggal. Saya dipercaya untuk
mulai bekerja pada pertengahan September 2011. Hanya orang-orang Bank yang masih mengenal saya sebagai MAYZAR LISTYA WARDANI. Di lingkungan pekerjaan, saya mulai dikenal sebagai TYA JUWARSO (panggilan kecil, dan nama Papa saya)
Di perusahaan ini, mulanya saya hanya
bekerja seadanya. Hanya dianggap sebagai ‘junior’ yang hanya diberi tugas
merapikan dokumen, memotokopi dokumen, melakukan transaksi di bank, dan sisanya
hanya duduk bengong depan laptop. Boro-boro ngarti cara requesting WAN atau submitting
invoice di situs e-partner MEDCOENERGI, dikasih-pinjam internet (yang saat
itu masih mengandalkan modem, bukan wi-fi) aja enggak.. Saya macam makan gaji
buta..
Sekitar awal Desember 2011, rekan
kerja saya memutuskan untuk resign. Saya
yang masih kagok (karena memang tidak dikasih kesempatan), lumayan kerepotan
karena langsung harus meng-handle 3
proyek Man Power, 1 proyek Catering Service, dan seabreg proyek
sewa mobil, sendirian.
But Thank God, saya diberi kemampuan menyesuaikan diri yang cukup
baik. Kemampuan saya mulai berkembang. Bisa dibilang meningkat secara
signifikan. Mengoperasikan komputer dan internet setiap hari, berkomunikasi
dengan orang-orang baru, ikut dalam persiapan lelang pekerjaan (tender) besar, mengunjungi lokasi-lokasi
Perusahaan yang sebelumnya belum pernah saya lihat. Saya mulai melanglang buana.
Tahun 2012 saya sampai pada tahap
bisa menghadapi pimpinan perusahaan Klien, bertemu Field Manager, bisa berurusan langsung dengan beberapa Assistant Manager, Kepala Bagian, dan
berbagai orang penting lainnya. Nomer hape saya mendadak jadi yang paling
dicari. Hape saya berdering tak kurang dari 10 kali sehari. Saya gak bisa lepas dari charger. Dimana-mana saya selalu nyari colokan. Yang lebih penting, saya telah menjadi orang kepercayaan Direktur saya
sendiri. Yang awalnya pegang duit sejuta aja kaget, mendadak saya dituntut bisa
mengelola uang ratusan juta. Nenteng duit dua ratus juta di dalem tas? Wes biyasa~
Tanda-tangan saya diuber-uber pekerja
lain. Kenapa? Karena tanda-tangan saya berlaku untuk pembelian bernota (tanpa uang di muka, pembelian berdasarkan tagihan) atas
nama perusahaan. Dengan kata lain, saya yang awalnya ‘Unusable’ telah menjelma menjadi orang yang ‘Reliable’.. tsaaaaah
Jujur, saya bangga dengan diri
saya saat itu. Saya bangga menjadi orang yang paling diandalkan. Saya bangga bisa
mengenal dan dikenal orang-orang penting di beberapa Perusahaan Besar, di antaranya PT. Medco E & P Indonesia, PT. Medco E & P Lematang, PT. Pertamina EP Asset 2 Field Adera, Servo Group, PT. Antareja Resources, dll yang pernah menjadi Klien di perusahaan tempat saya bekerja. Saya
bangga menjadi orang paling dipercaya oleh seorang Pengusaha Besar..
Aktivitas meningkat, tanggung jawab makin besar. Fisik, mental, dan otak terkuras dua kali lipat dari awal mula saya kerja. Dan apa lagi coba yang meningkat? Penghasilan. Penghasilan saya meningkat pesat. Dari yang awalnya cukup, jadi cukuuuuuup banget. Bahkan lebih. Alhamdulillah saya mulai bisa beli ini-itu, apa yang saya mau. Saya bisa nyenengin Mama dan adek-adek, ngabulin permintaan mereka dikit-dikit. Sedihnya, ada satu lagi yang meningkat: berat badan saya.Huft. Waktu baru masuk kerja, jins saya masih ukuran 29, sekarang udah 30. hiks.. hiks..
Aktivitas meningkat, tanggung jawab makin besar. Fisik, mental, dan otak terkuras dua kali lipat dari awal mula saya kerja. Dan apa lagi coba yang meningkat? Penghasilan. Penghasilan saya meningkat pesat. Dari yang awalnya cukup, jadi cukuuuuuup banget. Bahkan lebih. Alhamdulillah saya mulai bisa beli ini-itu, apa yang saya mau. Saya bisa nyenengin Mama dan adek-adek, ngabulin permintaan mereka dikit-dikit. Sedihnya, ada satu lagi yang meningkat: berat badan saya.
Tapi apakah jadi orang ‘sepenting’
itu, se-dipercaya itu selalu menyenangkan? Gak selamanya..
Bukan gak pernah saya bertemu
dengan orang yang ‘memandang rendah’ pekerjaan saya. Saya dianggap hanya
seorang ‘pegawai catering’ yang
bekerja tidak menggunakan otak saya. Ada saja orang-orang yang merasa apa yang
dia jalani ‘lebih mulia’ daripada apa yang saya jalani.
Dia anak kuliahan, sementara saya
hanya karyawan perusahaan kontraktor biasa. Saya sih senyum aja. Mungkin dia belum
tahu kalo cari duit itu susah. Mungkin dia belum tahu kalo untuk dapat
penghasilan seperti yang saya dapat itu susah. Mungkin dia gak tahu kalo banyak
Sarjana di luar sana yang hanya digaji sebesar
setengah dari gaji saya. Dan yang lebih bikin senyum, ujung-ujungnya dia masih
butuh sponsor dari Perusahaan tempat saya bekerja, dan itu melalui saya..
Beberapa kali pula, saya bertemu
dengan orang-orang yang seperti menganggap saya ‘hambatan’ dalam pekerjaan
mereka. Difitnah korupsi 40 juta? Pernah (Kalo beneran korup duit segitu, mungkin saya udah punya perusahaan sendiri, sekurang-kurangnya CV). ‘Ditusuk’ dari belakang? Uwooooh..
sering. Beberapa ada yang menjelek-jelekkan saya di depan atasan (tentunya di
belakang saya). Dengan harapan, atasan saya akan percaya lalu saya
diberhentikan. Sinteron abisss..
Ketika seseorang bicara yang tidak-tidak di belakangmu, itu artinya kau sudah berada setidaknya satu langkah di depannya..
Beruntunglah saya selalu ikut
nasihat Mama saya:
“Nak, kalo kerja harus rajin, tekun dan paling utama harus jujur. Karena kalo kita jujur, orang-orang akan percaya. Kalo kamu sudah dipercaya orang, nantinya bukan kamu yang mengejar pekerjaan, tapi pekerjaan yang mengejar kamu..”
Dan lebih beruntung lagi, atasan
saya jauh lebih percaya dengan kredibilitas saya ketimbang omongan-omongan
miring yang dibuat-buat tentang saya. Hasilnya? Merekalah yang dipecat bukan
saya..
Ketika seseorang ingin menjatuhkanmu, itu artinya kamu sudah berada jauh di atas levelnya..
Jadi orang yang dipercaya keluar-masuk
Bank, gampang berurusan dengan pihak Bank, pegang cek ratusan juta, pegang ATM
platinum isi ratusan juta, nenteng duit ratusan juta, ternyata bikin saya ‘diperhatikan’
orang lain. Yap! Saya jadi inceran penjahat. Dasar apes, saya pernah dijambret
sepulang dari Bank. Lagi enak-enak naik motor, jalanan sepi, tau-tau tas saya
ditarik dengan keras hingga saya terjatuh dari motor. Untungnya, gak keseret
sampai bikin saya ‘kenapa-kenapa’. Lebih untung lagi, saat itu saya hanya habis
cetak buku rekening, gak bawa-bawa uang perusahaan. Apesnya, tas, dompet,
e-KTP, Blackberry, dan uang pribadi
saya ludes. Huhuhuhu.. sedih L
Tapi pada akhirnya, saya menyerah
juga dengan posisi ini.. Lama-lama saya lelah menjadi ‘orang kepercayaan’. Makin tinggi pohon,
makin tinggi angin yang menerpa. Makin besar pengaruh saya, makin banyak juga
cobaannya. Lama-lama saya lelah dipercaya mengurus proyek sana-sini. Bukan gak
pernah saya pulang jam 3 pagi karena harus mengurus bolak-balik
Pendopo-Pengabuan-Prabumulih-Pendopo. Dan ketika situasi makin tidak kondusif,
saya memutuskan untuk berhenti pada awal September 2012..
![]() |
2011-2012, menjadi orang kepercayaan |
Menganggur lagi, jadi ‘sampah
besar’ lagi, hidup sekadar bangun-makan-kentut-boker-mandi-tidur lagi. Tapi
untungnya keadaan itu tidak berlangsung lama. Ada lagi kesempatan saya untuk
bisa bekerja. Jelang akhir November 2012, saya mulai bekerja di perusahaan lain
yang bergerak di bidang yang hampir sama. Kontraktor, Man Power, dan semacamnya. Memulai dari awal lagi, memulai dari bawah lagi. Kembali berkutat dengan angka-angka yang akan menjadi uang. Walau saya hanya di perusahaan cabang, walau apa
yang saya dapat tidak sebesar apa yang saya dapat di perusahaan terdahulu, tapi
setidaknya saya masih berguna. Setidaknya sebulan sekali ada, setidaknya nol
nya masih 6 digit, setidaknya bagi saya masih lebih dari cukup jika dibanding
dengan apa yang mungkin orang lain dapat. Saya senang menjalani pekerjaan ini, saya nyaman, enjoy sekali bekerja di sini.
Sampai hari dimana saya mengetik
tulisan ini, Alhamdulillah saya masih bekerja di perusahaan terakhir.
Alhamdulillah cita-cita saya dan Kakak perempuan saya sedikit demi sedikit
sudah mulai terpenuhi. Kami sedang dalam proses menguliahkan adik kami, putri
bungsu kesayangan Papa, Gita Putri Kusumawardani. Berusaha menjadikan dia anak
yang lebih membanggakan.
Yang gak boleh luput dalam
perjalanan karir saya yang belum seberapa ini adalah peranan Mama saya. Mama
yang selalu bantu saya. Mama, orang yang punya koneksi di mana-mana, selalu
bantu mencarikan informasi lowongan-lowongan pekerjaan untuk saya. Mungkin
karena Mama merasa bertanggung jawab karena saya pernah menyalahkan beliau atas
hidup saya yang dulu tidak berguna. Terima kasih, Mama. Karena Mama selalu jadi
‘tempat’ kami untuk kembali. Maaf saya pernah menyalahkan Mama. Saya sayang
Mama..
Well, nasib orang gak ada yang
tahu ya. Saya gak tahu ke depannya akan sampai kapan saya bisa bekerja dengan
nyaman. Yang pasti, yang saya tahu, saya gak akan pernah berhenti berusaha.
Merasa puas mungkin boleh, tapi untuk merasa ‘cukup di sini saja’ saya rasa
tidak. Saya masih punya segenap mimpi cita-cita di benak saya. Dan semoga Allah
akan memeluk mimpi-mimpi saya, memberi saya jalan, dan memudahkan segala upaya
saya.. aamiin.
Perjalanan saya tiga tahun terakhir ini, ada banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil. Bahwa untuk menjadi besar itu tidak mudah. Bahwa akan ada sekurang-kurangnya satuuuuu orang saja yang tidak suka dengan apa yang kamu capai. Bahwa biarkan saja orang mencibir kamu, cukup diam, dan buktikan bahwa kamu bisa, bahwa kamu lebih, bahwa kamu berharga.
Intinya, jangan pernah merasa gak
berguna, kalo kamu belum melakukan sesuatu. Jangan pernah merasa jalan tertutup
untukmu, kalo kamu aja masih diem di tempat. Kalo kamu sudah berusaha, tapi
jalan itu masih juga belum ada, ya mungkin usaha kamu belum cukup keras. Atau kamu
hanya butuh untuk ‘SABAR’.
Allah itu baik, cuman mungkin kitanya yang harus lebih SABAR.
![]() |
2012 s.d sekarang, still enjoying this job.. |
2 komentar:
kerennnnnnnn
terima kasih sudah baca :)
Posting Komentar