Percakapan
sore gerimis itu, rupanya tidak begitu berpengaruh..
Tidurku
masih nyenyak sekali semalam..
Entah memang
aku saja yang terlalu ‘kerbau’ atau memang, itu tak berarti..
Entahlah,
Berarti atau
tidak, yang penting sampai siang ini aku yang masih bersamanya..
Seperti
biasa, saat break kuliah, aku
dengannya sudah duduk manis di sudut cafe..
Pelayan cafe
sampai-sampai hafal betul dengan wajahku dan dia..
Namun itu
tidak membuat wajah si mbak-mbak pelayan berubah ramah..
Tetap masam,
kecut bak jeruk yang dijual abang-abang tionghoa dekat rumahku..
Ngomong-ngomong
harga minuman di cafe ini jadi naik..
Naik sampai
setengah kali lipatnya..
Belakangan
aku tahu, kalau kenaikan harga itu khusus untuk aku dan Kai saja..
Benar-benar
diskriminatif..
Sekilas aku
memperhatikan Kai yang duduk di depanku..
Wajahnya
tampak begitu serius menekuri laptop di hadapannya..
Ia punya
setumpuk tugas untuk meolong nilai-nilainya..
Yah, salahnya
sendiri sering bolos..
Sementara
aku masih menekuri Breaking Dawn yang
entah sudah berapa kali kubaca..
‘Nay,’
tiba-tiba dia mengeluarkan suara..
Aku
menurunkan bukuku. ‘Ya?’
‘Lusa kamu
ultah kan?’
Lusa? Ah
iya! Lusa aku ultah, aku saja bahkan lupa..
Eh, tunggu..
bagaimana dia bisa tahu? Apa dia segitu perhatian padaku?
Aku mencoba
untuk tetap tenang..
‘Kok tau?’
Kairo
memutar laptopnya sehingga layarnya bisa terlihat jelas olehku..
Ia menunjuk
sudut kanan atas pada screen, ‘Dia
yang kasih tau..’
Ternyata
dari facebook.. kekecewaan kecil
terbesit di benakku..
‘Sialan,
kukira kamu ngerjain apa gitu, ternyata main game di facebook!’
Dia
mengambil kembali laptopnya sambil tertawa kecil..
Memamerkan
gigi crossbite-nya yang membuat
senyumnya tampak manis..
Meskipun
hampir tiap hari melihatnya, tapi tetap saja hatiku kebat-kebit..
***
Setelah
siang itu, aku dan dia jadi jarang ketemu..
Dia makin
disibukkan dengan tugas dari dosen ini-itu..
Aku jadi
kasihan padanya..
But, i can do nothing. Karena kami
beda jurusan..
Aku sama
sekali tidak mengerti teknik..
Apalagi dengan
segala macam tetek bengek pertambangan..
Otakku hanya
mampu kuliah di jurusan sejuta umat; fakultas ekonomi..
Dua hari
berlalu, aku masih belum dapat waktu untuk bertemu dengannya,
Meskipun semalam
Kai merecoki tidurku yang damai karena insomnianya mendadak kumat..
Kami
membicarakan semua hal sepanjang malam..
Mulai dari
anak kos sebelah yang digrebek warga gara-gara pesta narkoba, dosen Kay yang
sangat sensi dengan dirinya, bahkan sampai ke tema politik ia bicarakan..
Pagi ini,
dengan kantung mata sebesar punya SBY, aku sudah siap berangkat kuliah..
Mandi pagi tidak
berpengaruh sama sekali, aku tetap ngantuk dan nguap puluhan kali..
Baru saja
melangkahkan kaki keluar dari pintu rumah, tak sengaja kakiku menendang
sesuatu,
Ada seonggok
kotak kecil diletakkan begitu saja di depan pintu rumah,
Hal pertama
yang muncul di otakku: jangan-jangan ini bom!!
Aku mencoba
rilek
Dengan ujung
sepatu, aku sedikit menendang kotak itu untuk menerka bobot benda yang berada
di dalam kotak misterius itu.
Tapi yang
dirasakan ujung sepatuku sepertinya ringan-ringan saja. Malah kupikir kotak itu
bahkan tidak ada isinya..
Merasa
sedikit aman, aku meraih kotak itu dan membukanya..
Isinya cuman
secarik loose leaf, berisikan tulisan
cakar ayam seorang mahasiswa teknik yang ama kukenal, Kairo
“Happy Birthday Kanaaayy!! Oi, alisnya biasa
aja lihat ini kotak gak ada kadonya. Buruan ngampus! Telat entar!!”
Anak sok
tahu,
Mana mungkin
aku bisa cemberut nerima ucapan segini manis dari kamu, Kai?
I do not need anything, but just you..
Ajaibnya,
tulisan cakar ayam itu sukses bikin mood-ku
full jadi 100%. Good bye, mizone..
Singkat
cerita, aku udah nyampe kampus..
Udah
berinteraksi dengan beberapa makhluk yang kukenal. Hanya beberapa, karena aku
tidak terkenal-terkenal amat..
Sampai mata
kuliahku habis, aku tidak menemukan something
special or something different today
Kai juga
tidak menghubungiku sama sekali..
Padahal
tadinya aku sudah berharap, dengan sepucuk surat dari Kai tadi pagi, hari ini
aku bakal dapet kejutan atau apa gitu dari dia.. ternyata tidak.
Memang ya,
PHP itu terjadi bukan karena satu tapi dua pihak..
Pihak
pertama yang terlihat memberi harapan
Dan pihak
kedua yang terlalu berharap..
Aku mencoba
menghubungi Kai sekali lagi, teleponku tetap tidak direspon
Ajakan
traktiran makan siang via BBM pun tidak dibaca
Padahal Kai
selalu semangat dengan segala sesuatu yang sifatnya GRATIS
Aku berjalan
lesu keluar dari kelas, hari ulang tahun yang benar-benar menyebalkan..
baru saja
kaki kananku menginjakkan kaki di lantai depan kelas, seorang cowok
berpenampilan nerd dengan kawat gigi
yang membuat giginya tampak seperti kawat semua menghampiriku dengan
menyodorkan sebuah amplop coklat besar..
‘Dari siapa
ini?’ tanyaku padanya.
Cowok itu
hanya mengangkat bahu dan segera berlalu. Kurasa ia tahu namaku saja tidak.
Aku segera
mengeluarkan isi amplop itu,
Secarik
kertas post-it ukuran mini kini
berada di genggamanku..
Mahasiswa
kurang kerjaan dari fakultas mana yang naro kertas segini kecil di amplop
segede gaban gini? Benar-benar pemborosan..
Aku membaca tulisan
yang tertera di kertas kuning itu:
“Cepetan pulang ke rumah! Jangan mampir ke
sana-sini dulu! Awas loh!”
Ditulis
dengan tulisan anak SD, sudah pasti Kai.
Mood-ku kembali bagus,
Ah benar,
Kai mau kasih kejutan.
Asyik!!!
Lalala yeye lalala yeyeye lalalala yeyeyeye
Sekuat hati
aku menahan diri agar tidak berjoget kucek-jemur ala-ala penonton dahsyat..
Tapi
meeeennn, aku lagi seneeeeeng banget!
Maybe this is what they call blooming
alias berbunga-bunga,
Aku bisa
merasakan hidungku mendadak kembang-kempis.
Kalem,
Kanaya. Jangan Ge-eR duluan!
Dengan
semangat ’45 membara di dada, aku segera pulang ke rumah..
Bela-belain
naik taksi supaya cepet. Angkot peminatnya banyak, aku yang kurang cekatan ini
seringkali keduluan orang lain..
Ibuku sampe
terheran-heran melihatku gerudukan berlari masuk ke rumah..
Aku
mencari-cari sosok Kai di dalam..
“Cari siapa
atuh, Neng?” tanya Ibu sambil tetap fokus dengan lukisannya. Yap, ibuku
pelukis, keren ya.
“Kairo gak
ke sini tah, Bu?”
“Tadi sih ke
sini, cuman nganterin kotak gede itu di kamar kamu.”
Kotak gede?
Ah, jangan-jangan..
Aku segera
melesat ke dalam kamar..
Di sana, di
atas kasurku, tergolek dengan anggun sebuah kotak agak besar berwarna merah
marun..
Aku segera
menghambur ke kasur, meraih kotak itu dan membukanya..
HAAAAA! Mulutku
menganga lebar menirukan akting aktris FTV ketika terkejut dapat surprise dari
gebetannya..
Mau tau apa
isinya? Aduh, pipiku sampai panas mendapati hadiah dari Kairo ini.. sudah bisa
dipastikan wajahku akan sulit diterka jika disandingkan dengan pantat kera
betina..
Ini.. nyata
kan? INI NYATA KAAAANNN?? Oke, skip that.
Isi kotak itu
adalah sebuah gaun. Iya, gaun.
Tube dress warna peach yang terlihat.. uhm.. sangat.. terlalu manis untuk
disandingkan dengan rambut pendekku yang bak sapu ijuk. HA HA
Apa Kairo
sudah rusak syarafnya?
Sebuah kertas
meluncur ketika aku membolak-balik gaun itu. Aku membacanya:
“jam delapan malam, tempat kita pertama kali
bertemu..”
Awawawawaawawawaaawwwww!!!
That’s too sweet to be real, isn’t that?
Kali ini aku
tidak bisa menahan diri untuk tidak lompat-lompat di kasur sambil
teriak-teriak.
Aku mungkin
bakal meloncat-loncat sampai maghrib kalau saja Ibu tidak masuk ke kamar,
memandangiku heran dari balik kacamata bulatnya..
Oke, what should i do now?
Ke salon? Ke
tempat spa? Mandi kembang?
Aku benar-benar
bingung harus ngapain!
Ini pertama
kalinya seseorang mengajakku nge-date!
Kalau ini bisa dikategorikan sebagai nge-date
sih.
Tapi apapun
namanya, yang jelas nanti malam, hanya beberapa jam dari sekarang, aku akan
duduk berhadap-hadapan dengan cowok yang kusuka, di sebuah cafe, maybe we’ll have a romantic candle light
dinner, DENGAN MEMAKAI SEBUAH GAUUUNNN!
Oh, tak
kusangka adegan di FTV itu akhirnya terjadi juga di kehidupanku..
Aku tahu
harus ngapain sekarang..
Aku..
Harus..
Terlihat..
Cantik..
Nanti..
Malam..
Apa operasi
plastik bisa dilakukan dalam waktu kurang dari lima jam?
***
Hampir tidak
percaya, kukucek mataku untuk memastikan bahwa yang di depan cermin itu adalah
benar diriku.
Waw. Gila. Emeizing.
Aku masih
tidak mengerti bagaimana make up bisa bikin orang kelihatan beda 180 derajat.
Aku jadi
tahu wanita cantik itu ada dua golongan; yang beneran cantik, sama yang
bedaknya mahal.
Begitu taksi
yang kupesan sudah tiba di depan rumah, aku langsung berpamitan pada Ibu.
Ibuku melepas
kepergianku dengan berurai air mata saking bahagianya mendapati anak
perempuannya ini akan (kalau bisa dikatakan) nge-date.
Berlebihan? Itu
nama tengah ibuku..
Jam delapan
kurang aku sudah tiba di cafe dekat kampus tempat pertama kali aku dan Kairo
bertemu..
Sepi.
Aku kembali
memastikan bahwa aku sudah berada di tempat yang benar.
Iya, aku
sudah di cafe yang dimaksud Kairo. Tapi kok tidak ada siapa-siapa?
“Mbak
Kanaya?” pelayan yang biasanya berwajah masam itu menyapaku dengan senyum yang
ramah. Ia bahkan berpakaian resmi, bukan polo
shirt seperti biasanya.
“Saya,”
kataku pelan.
“Mari, saya
antar ke meja.”
Mbak-mbak
itu membawaku ke meja di sudut cafe tempat kami pertama kali duduk bersama
dulu.
Di meja
sudah bertengger dengan elegan, sebuah choco
cream cake sebagai kue ulang tahunku.
Aku harus
menahan diri untuk tidak mencomotnya duluan. Choco cream cake kan kesukaanku banget!
“Ngomong-ngomong
kok sepi mbak?” tanyaku iseng.
“Tempat ini
sudah di-booking untuk private dinner mbak.”
Private Dinner? Aku mencengkeram erat
gaunku, kembali menahan diri untuk tidak melompat-lompat kegirangan. Malu pada
gaun dan higheels Ibu yang kukenakan.
Aku duduk di
meja dengan hati yang berbunga-bunga.
Kairo jelas
belum datang. Menyesal juga aku datang begitu awal.
Kesannya
jadi kayak aku ngebet banget..
Apa aku
sembunyi dulu ya? Biar nanti Kairo kecewa dulu ngira aku tidak datang. HA HA
Aku mengeluarkan
BB dari dalam tas, mengirimkan pesan melalui BlackBerry Messenger pada Kai. Sekedar informasi kalau aku sudah di
TKP.
Lima belas
menit menunggu, aku masih sendirian.
BBM tidak
dibaca, tanda-tanda kemunculannya pun belum nampak.
Aku mencoba
berpikir positif, barangkali jalanan macet.
Pukul setengah
sembilan malam, mbak-mbak pelayan kembali menghampiri untuk sekedar bertanya apa
aku ingin menambah minuman. Dan lagi-lagi aku menggeleng.
Satu jam
berlalu..
Wajahku mulai
terasa gatal.
Entah ibuku
membubuhkan berapa kilo bedak ke wajahku tadi, yang pasti aku tidak nyaman
sekarang..
Belum lagi
bau hairspray yang mulai membuatku
migran..
Dua jam
berlalu..
Aku kembali
menatap layar BlackBerry-ku. Huruf D
masih terpampang jelas di sudut kiri pesanku.
Aku mulai
menyalakan sederet lilin yang dipasang di atas choco cream cake-ku. Mencolek sedikit cream dan mencicipinya. Enak. Cream-nya
rasa cappucino.
Harusnya malam
ini indah banget..
Harusnya aku
makan choco cream ini dengan penuh
rasa bahagia..
Tapi kenapa
aku malah sedih begini?
Kenapa air
mataku setetes demi setetes mulai jatuh?
Dimana
Kairo?
Apa di suatu
tempat dia sedang menertawakanku karena berhasil ia permainkan?
Aku tidak
tahu bagaimana rasanya patah hati, yang jelas saat ini dadaku sesak.
Aku bahkan
tidak bisa mengontrol air mataku yang telah merusak mahakarya Ibu pada
wajahku..
Lilin yang
kunyalakan mulai leleh dan mati satu persatu, ditiup saja tidak..
Seperti perasaanku,
yang tadinya sudah dibuat sangat-sangat bahagia, tapi tidak berkepastian pada
akhirnya,
dibiarkan
begitu saja hingga kebahagiaannya hilang, dan berganti dengan kekecewaan yang
amat dalam..
Untuk pertama
kalinya aku membiarkan kue ulang tahun ditetesi oleh lilin,
Untuk pertama
kalinya aku menangis di depan makanan kesukaanku, dengan make up tebal dan
pakaian yang berlebihan..
Untuk pertama
kalinya juga aku merasa, entahlah, kecewa, sedih, dan sesak di dadaku..
Akhirnya, di
usia 20, bahkan belum sempat merasakan jatuh cinta sepenuhnya, aku sudah patah
hati..
Aku layu
bahkan ketika kelopakku baru aku akan mekar..
Kairo Chandra
Kinanta, nama kamu pantas berada dalam wall
of fame dengan tulisan professional heartbreaker
di bawahnya..
***
Sementara itu,
di suatu tempat yang lain,
Kairo yang
sudah rapi dengan blazernya, tengah bersimpuh di sisi sebuah bangsal rumah
sakit..
Menggenggam
erat tangan seorang gadis yang baru selamat dari maut..
Kairo
membelai sisi pergelangan tangan kiri gadis itu yang kini dibalut perban,
Lima jam
yang lalu, pergelangan tangan itu baru saja disayat dengan sadis oleh
pemiliknya sendiri,
Membuatnya hampir
tak tertolong lagi..
Gadis ini adalah hidupku,
Entah bagaimana aku jika tadi ia tidak
tertolong,
Kairo
membenamkan wajahnya di punggung tangan gadis itu,
Namun tiba-tiba
ia tersentak!
Kanaya!
0 komentar:
Posting Komentar