Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

BAGIAN EMPAT : Birthday Becomes Bad Day

Percakapan sore gerimis itu, rupanya tidak begitu berpengaruh..
Tidurku masih nyenyak sekali semalam..
Entah memang aku saja yang terlalu ‘kerbau’ atau memang, itu tak berarti..
Entahlah,
Berarti atau tidak, yang penting sampai siang ini aku yang masih bersamanya..

Seperti biasa, saat break kuliah, aku dengannya sudah duduk manis di sudut cafe..
Pelayan cafe sampai-sampai hafal betul dengan wajahku dan dia..
Namun itu tidak membuat wajah si mbak-mbak pelayan berubah ramah..
Tetap masam, kecut bak jeruk yang dijual abang-abang tionghoa dekat rumahku..
Ngomong-ngomong harga minuman di cafe ini jadi naik..
Naik sampai setengah kali lipatnya..
Belakangan aku tahu, kalau kenaikan harga itu khusus untuk aku dan Kai saja..
Benar-benar diskriminatif..

Sekilas aku memperhatikan Kai yang duduk di depanku..
Wajahnya tampak begitu serius menekuri laptop di hadapannya..
Ia punya setumpuk tugas untuk meolong nilai-nilainya..
Yah, salahnya sendiri sering bolos..
Sementara aku masih menekuri Breaking Dawn yang entah sudah berapa kali kubaca..

‘Nay,’ tiba-tiba dia mengeluarkan suara..
Aku menurunkan bukuku. ‘Ya?’
‘Lusa kamu ultah kan?’
Lusa? Ah iya! Lusa aku ultah, aku saja bahkan lupa..
Eh, tunggu.. bagaimana dia bisa tahu? Apa dia segitu perhatian padaku?
Aku mencoba untuk tetap tenang..
‘Kok tau?’
Kairo memutar laptopnya sehingga layarnya bisa terlihat jelas olehku..
Ia menunjuk sudut kanan atas pada screen, ‘Dia yang kasih tau..’
Ternyata dari facebook.. kekecewaan kecil terbesit di benakku..
‘Sialan, kukira kamu ngerjain apa gitu, ternyata main game di facebook!
Dia mengambil kembali laptopnya sambil tertawa kecil..
Memamerkan gigi crossbite-nya yang membuat senyumnya tampak manis..
Meskipun hampir tiap hari melihatnya, tapi tetap saja hatiku kebat-kebit..

***

Setelah siang itu, aku dan dia jadi jarang ketemu..
Dia makin disibukkan dengan tugas dari dosen ini-itu..
Aku jadi kasihan padanya..
But, i can do nothing. Karena kami beda  jurusan..
Aku sama sekali tidak mengerti teknik..
Apalagi dengan segala macam tetek bengek pertambangan..
Otakku hanya mampu kuliah di jurusan sejuta umat; fakultas ekonomi..
Dua hari berlalu, aku masih belum dapat waktu untuk bertemu dengannya,
Meskipun semalam Kai merecoki tidurku yang damai karena insomnianya mendadak kumat..
Kami membicarakan semua hal sepanjang malam..
Mulai dari anak kos sebelah yang digrebek warga gara-gara pesta narkoba, dosen Kay yang sangat sensi dengan dirinya, bahkan sampai ke tema politik ia bicarakan..

Pagi ini, dengan kantung mata sebesar punya SBY, aku sudah siap berangkat kuliah..
Mandi pagi tidak berpengaruh sama sekali, aku tetap ngantuk dan nguap puluhan kali..
Baru saja melangkahkan kaki keluar dari pintu rumah, tak sengaja kakiku menendang sesuatu,
Ada seonggok kotak kecil diletakkan begitu saja di depan pintu rumah,
Hal pertama yang muncul di otakku: jangan-jangan ini bom!!
Aku mencoba rilek
Dengan ujung sepatu, aku sedikit menendang kotak itu untuk menerka bobot benda yang berada di dalam kotak misterius itu.
Tapi yang dirasakan ujung sepatuku sepertinya ringan-ringan saja. Malah kupikir kotak itu bahkan tidak ada isinya..
Merasa sedikit aman, aku meraih kotak itu dan membukanya..
Isinya cuman secarik loose leaf, berisikan tulisan cakar ayam seorang mahasiswa teknik yang ama kukenal, Kairo
Happy Birthday Kanaaayy!! Oi, alisnya biasa aja lihat ini kotak gak ada kadonya. Buruan ngampus! Telat entar!!”

Anak sok tahu,
Mana mungkin aku bisa cemberut nerima ucapan segini manis dari kamu, Kai?
I do not need anything, but just you..
Ajaibnya, tulisan cakar ayam itu sukses bikin mood-ku full jadi 100%. Good bye, mizone..

Singkat cerita, aku udah nyampe kampus..
Udah berinteraksi dengan beberapa makhluk yang kukenal. Hanya beberapa, karena aku tidak terkenal-terkenal amat..
Sampai mata kuliahku habis, aku tidak menemukan something special or something different today
Kai juga tidak menghubungiku sama sekali..
Padahal tadinya aku sudah berharap, dengan sepucuk surat dari Kai tadi pagi, hari ini aku bakal dapet kejutan atau apa gitu dari dia.. ternyata tidak.
Memang ya, PHP itu terjadi bukan karena satu tapi dua pihak..
Pihak pertama yang terlihat memberi harapan
Dan pihak kedua yang terlalu berharap..
Huft

Aku mencoba menghubungi Kai sekali lagi, teleponku tetap tidak direspon
Ajakan traktiran makan siang via BBM pun tidak dibaca
Padahal Kai selalu semangat dengan segala sesuatu yang sifatnya GRATIS
Aku berjalan lesu keluar dari kelas, hari ulang tahun yang benar-benar menyebalkan..
baru saja kaki kananku menginjakkan kaki di lantai depan kelas, seorang cowok berpenampilan nerd dengan kawat gigi yang membuat giginya tampak seperti kawat semua menghampiriku dengan menyodorkan sebuah amplop coklat besar..
‘Dari siapa ini?’ tanyaku padanya.
Cowok itu hanya mengangkat bahu dan segera berlalu. Kurasa ia tahu namaku saja tidak.

Aku segera mengeluarkan isi amplop itu,
Secarik kertas post-it ukuran mini kini berada di genggamanku..
Mahasiswa kurang kerjaan dari fakultas mana yang naro kertas segini kecil di amplop segede gaban gini? Benar-benar pemborosan..
Aku membaca tulisan yang tertera di kertas kuning itu:
“Cepetan pulang ke rumah! Jangan mampir ke sana-sini dulu! Awas loh!”
Ditulis dengan tulisan anak SD, sudah pasti Kai.

Mood-ku kembali bagus,
Ah benar, Kai mau kasih kejutan.
Asyik!!! Lalala yeye lalala yeyeye lalalala yeyeyeye
Sekuat hati aku menahan diri agar tidak berjoget kucek-jemur ala-ala penonton dahsyat..
Tapi meeeennn, aku lagi seneeeeeng banget!
Maybe this is what they call blooming alias berbunga-bunga,
Aku bisa merasakan hidungku mendadak kembang-kempis.
Kalem, Kanaya. Jangan Ge-eR duluan!

Dengan semangat ’45 membara di dada, aku segera pulang ke rumah..
Bela-belain naik taksi supaya cepet. Angkot peminatnya banyak, aku yang kurang cekatan ini seringkali keduluan orang lain..
Ibuku sampe terheran-heran melihatku gerudukan berlari masuk ke rumah..
Aku mencari-cari sosok Kai di dalam..
“Cari siapa atuh, Neng?” tanya Ibu sambil tetap fokus dengan lukisannya. Yap, ibuku pelukis, keren ya.
“Kairo gak ke sini tah, Bu?”
“Tadi sih ke sini, cuman nganterin kotak gede itu di kamar kamu.”
Kotak gede? Ah, jangan-jangan..
Aku segera melesat ke dalam kamar..
Di sana, di atas kasurku, tergolek dengan anggun sebuah kotak agak besar berwarna merah marun..
Aku segera menghambur ke kasur, meraih kotak itu dan membukanya..
HAAAAA! Mulutku menganga lebar menirukan akting aktris FTV ketika terkejut dapat surprise dari gebetannya..
Mau tau apa isinya? Aduh, pipiku sampai panas mendapati hadiah dari Kairo ini.. sudah bisa dipastikan wajahku akan sulit diterka jika disandingkan dengan pantat kera betina..
Ini.. nyata kan? INI NYATA KAAAANNN?? Oke, skip that.

Isi kotak itu adalah sebuah gaun. Iya, gaun.
Tube dress warna peach yang terlihat.. uhm.. sangat.. terlalu manis untuk disandingkan dengan rambut pendekku yang bak sapu ijuk. HA HA
Apa Kairo sudah rusak syarafnya?
Sebuah kertas meluncur ketika aku membolak-balik gaun itu. Aku membacanya:
“jam delapan malam, tempat kita pertama kali bertemu..”
Awawawawaawawawaaawwwww!!!
That’s too sweet to be real, isn’t that?
Kali ini aku tidak bisa menahan diri untuk tidak lompat-lompat di kasur sambil teriak-teriak.
Aku mungkin bakal meloncat-loncat sampai maghrib kalau saja Ibu tidak masuk ke kamar, memandangiku heran dari balik kacamata bulatnya..

Oke, what should i do now?
Ke salon? Ke tempat spa? Mandi kembang?
Aku benar-benar bingung harus ngapain!
Ini pertama kalinya seseorang mengajakku nge-date! Kalau ini bisa dikategorikan sebagai nge-date sih.
Tapi apapun namanya, yang jelas nanti malam, hanya beberapa jam dari sekarang, aku akan duduk berhadap-hadapan dengan cowok yang kusuka, di sebuah cafe, maybe we’ll have a romantic candle light dinner, DENGAN MEMAKAI SEBUAH GAUUUNNN!
Oh, tak kusangka adegan di FTV itu akhirnya terjadi juga di kehidupanku..
Aku tahu harus ngapain sekarang..
Aku..
Harus..
Terlihat..
Cantik..
Nanti..
Malam..
Apa operasi plastik bisa dilakukan dalam waktu kurang dari lima jam?

***

Hampir tidak percaya, kukucek mataku untuk memastikan bahwa yang di depan cermin itu adalah benar diriku.
Waw. Gila. Emeizing.
Aku masih tidak mengerti bagaimana make up bisa bikin orang kelihatan beda 180 derajat.
Aku jadi tahu wanita cantik itu ada dua golongan; yang beneran cantik, sama yang bedaknya mahal.
Begitu taksi yang kupesan sudah tiba di depan rumah, aku langsung berpamitan pada Ibu.
Ibuku melepas kepergianku dengan berurai air mata saking bahagianya mendapati anak perempuannya ini akan (kalau bisa dikatakan) nge-date.
Berlebihan? Itu nama tengah ibuku..

Jam delapan kurang aku sudah tiba di cafe dekat kampus tempat pertama kali aku dan Kairo bertemu..
Sepi.
Aku kembali memastikan bahwa aku sudah berada di tempat yang benar.
Iya, aku sudah di cafe yang dimaksud Kairo. Tapi kok tidak ada siapa-siapa?
“Mbak Kanaya?” pelayan yang biasanya berwajah masam itu menyapaku dengan senyum yang ramah. Ia bahkan berpakaian resmi, bukan polo shirt seperti biasanya.
“Saya,” kataku pelan.
“Mari, saya antar ke meja.”
Mbak-mbak itu membawaku ke meja di sudut cafe tempat kami pertama kali duduk bersama dulu.
Di meja sudah bertengger dengan elegan, sebuah choco cream cake sebagai kue ulang tahunku.
Aku harus menahan diri untuk tidak mencomotnya duluan. Choco cream cake kan kesukaanku banget!
“Ngomong-ngomong kok sepi mbak?” tanyaku iseng.
“Tempat ini sudah di-booking untuk private dinner mbak.”
Private Dinner? Aku mencengkeram erat gaunku, kembali menahan diri untuk tidak melompat-lompat kegirangan. Malu pada gaun dan higheels Ibu yang kukenakan.

Aku duduk di meja dengan hati yang berbunga-bunga.
Kairo jelas belum datang. Menyesal juga aku datang begitu awal.
Kesannya jadi kayak aku ngebet banget..
Apa aku sembunyi dulu ya? Biar nanti Kairo kecewa dulu ngira aku tidak datang. HA HA
Aku mengeluarkan BB dari dalam tas, mengirimkan pesan melalui BlackBerry Messenger pada Kai. Sekedar informasi kalau aku sudah di TKP.
Lima belas menit menunggu, aku masih sendirian.
BBM tidak dibaca, tanda-tanda kemunculannya pun belum nampak.
Aku mencoba berpikir positif, barangkali jalanan macet.

Pukul setengah sembilan malam, mbak-mbak pelayan kembali menghampiri untuk sekedar bertanya apa aku ingin menambah minuman. Dan lagi-lagi aku menggeleng.

Satu jam berlalu..
Wajahku mulai terasa gatal.
Entah ibuku membubuhkan berapa kilo bedak ke wajahku tadi, yang pasti aku tidak nyaman sekarang..
Belum lagi bau hairspray yang mulai membuatku migran..

Dua jam berlalu..
Aku kembali menatap layar BlackBerry-ku. Huruf D masih terpampang jelas di sudut kiri pesanku.
Aku mulai menyalakan sederet lilin yang dipasang di atas choco cream cake-ku. Mencolek sedikit cream dan mencicipinya. Enak. Cream-nya rasa cappucino.
Harusnya malam ini indah banget..
Harusnya aku makan choco cream ini dengan penuh rasa bahagia..
Tapi kenapa aku malah sedih begini?
Kenapa air mataku setetes demi setetes mulai jatuh?
Dimana Kairo?
Apa di suatu tempat dia sedang menertawakanku karena berhasil ia permainkan?
Aku tidak tahu bagaimana rasanya patah hati, yang jelas saat ini dadaku sesak.
Aku bahkan tidak bisa mengontrol air mataku yang telah merusak mahakarya Ibu pada wajahku..

Lilin yang kunyalakan mulai leleh dan mati satu persatu, ditiup saja tidak..
Seperti perasaanku, yang tadinya sudah dibuat sangat-sangat bahagia, tapi tidak berkepastian pada akhirnya,
dibiarkan begitu saja hingga kebahagiaannya hilang, dan berganti dengan kekecewaan yang amat dalam..

Untuk pertama kalinya aku membiarkan kue ulang tahun ditetesi oleh lilin,
Untuk pertama kalinya aku menangis di depan makanan kesukaanku, dengan make up tebal dan pakaian yang berlebihan..
Untuk pertama kalinya juga aku merasa, entahlah, kecewa, sedih, dan sesak di dadaku..
Akhirnya, di usia 20, bahkan belum sempat merasakan jatuh cinta sepenuhnya, aku sudah patah hati..
Aku layu bahkan ketika kelopakku baru aku akan mekar..
Kairo Chandra Kinanta, nama kamu pantas berada dalam wall of fame dengan tulisan professional heartbreaker di bawahnya..



***

Sementara itu, di suatu tempat yang lain,
Kairo yang sudah rapi dengan blazernya, tengah bersimpuh di sisi sebuah bangsal rumah sakit..
Menggenggam erat tangan seorang gadis yang baru selamat dari maut..
Kairo membelai sisi pergelangan tangan kiri gadis itu yang kini dibalut perban,
Lima jam yang lalu, pergelangan tangan itu baru saja disayat dengan sadis oleh pemiliknya sendiri,
Membuatnya hampir tak tertolong lagi..

Gadis ini adalah hidupku,
Entah bagaimana aku jika tadi ia tidak tertolong,

Kairo membenamkan wajahnya di punggung tangan gadis itu,
Namun tiba-tiba ia tersentak!
Kanaya! 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar